Yang cukup menarik dari Batik Sasambo ini adalah gabungan tiga etnis di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) ini masing-masing Suku Sasak di Lombok, suku Samawa di Sumbawa, dan Mbojo di NTB, menjadi asal kata lahirnya istilah Sasambo.
Batik Sasambo Nusa Tenggara Barat (NTB)
Tidak dapat dipungkiri lagi, memang istilah batik, sampai teknik membatik yang dikenal di sini, memang berasal dan dilakukan oleh orang Jawa. Bahkan pengadaan semua bahan baku yang diperlukan mulai dari kain untuk membatik dan juga alat canting, semuanya didapat dari Pulau Jawa. Mereka bekerjasama dengan para desainer mengajari warga NTB membatik.
Seperti dikemukakan salah seorang pengrajin B. Like Budayati Japa, pemilik merek Kepeng Mas, yang sudah memulai usaha pembatikan ini sejak beberapa tahun silam. Untuk kain seperti yang diajarkan para pelatih dari Jawa, kami menggunakan media kain mori. Sementara untuk pewarnaan kami masih menggunakan pewarna sintetis/kimia, karena dalam hal teknik menggunakan pewarna alam bagi kami masih sulit. Walaupun demikian, ada juga produksi kami yang merupakan kombinasi antara produksi batik dan tenun.
Kendati kami belajar membatik dari “nol,” tetapi tetap saja kami tidak mampu membuat batik dengan kualitas sehalus yang dihasilkan di Jawa. Akhirnya kami menghasilkan batik tulis yang dibuat di atas kain sutera, dan hasilnya diterima pasar dengan harga sekitar Rp1,5 juta per lembar. Ada juga yang kainnya katun atau kain mori dengan kualitas bukan batik tulis dengan harga antara Rp 150 ribu s/d Rp 500 ribu,- per lembar.
Dalam hal teknik dan masa pengerjaan, untuk batik tulis agak lama, sekitar dua minggu s/d 1 bulan, sementara untuk batik cap bisa diproduksi secara massal. Kami menganggap ‘demam batik’ saat ini cukup mempersulit kami sebagai pengusaha dan perajin, karena kami sendiri sebenarnya tidak pandai membuat batik. Namun karena pemerintah sudah mencanangkan batik sebagai warisan budaya Nusantara, maka hampir setiap daerah yang memiliki batik sebagai kerajinan tradisional, harus mengembangkan batik tersebut.
Padahal di sisi lain kami lebih pandai (ahli) memproduksi kain tenun. Jadi sering sudah terjadi, diadakan pelatihan, akhirnya karena memang keahliannya menenun, sulit sekali belajar membatik, yang harus dilakukan dengan proses yang makan waktu. Baca: Distro Batik Sebagai Industri kreatif
Selain Jawa yang menjadi kiblat dalam teknik pembatikan, kami juga sudah harus bersaing dengan batik Bali yang dalam segala hal seperti budaya, tradisi, dan kesenian sudah mendunia dan dikenal dunia. Jadi kami mengembangkan saja, motif yang memang khas dari daerah kami. Bali juga sudah lebih maju dalam penggunaan pewarna alam, dan mereka sudah lebih ahli dalam memunculkan pewarna alam.
Motif batik Sasambo biasanya berupa rumah adat, lumbung padi, hewan, dan ragam kesenian. Ada Motif Kerang, Motif Nyale, Daun Kangkung Biru, Cabe Besar, Daun Bebele, Daun Bebele Orange, Daun Bebele Pink, Daun Kangkung Ungu, Motif Laut, Motif Peresean, Motif Sebie, dan Seribu Mesjid.
Biasanya motif Batik Sasambo sebagai berikut, yaitu Motif Made Sahe (mata sapi), motif Kakando, dan Uma Lengge (rumah tradisional dengan kubah yang bentuknya menyerupai kerucut). Dengan demikian perbedaan dari masing-masing daerah biasanya terlihat dari corak dan warna yang dihasilkannya. Seperti misalnya motif cicak yang kami pahami, akhirnya memang berbeda dengan gambar cicak yang ada di Jawa. Begitu pula dengan berbagai gambar topeng, yang juga salah satu ciri khas Batik Sasambo, biasanya menjadi media ukir di atas kayu sebagai produk kerajinan.
Batik Sasambo Nusa Tenggara Barat (NTB)