Yogyakarta yang ketika era kerajaan Nusantara pernah dikenal sebagai ibukota kerajaan Mataram dalam sejarah dikenal sebagai daerah tempat asal muasal munculnya kerajinan dan seni batik di tanah air.
Karena itu, tidak mengherankan jika di Yogyakarta tumbuh dan berkembang industri kerajinan batik dengan baik dan menjadi acuan industri kerajinan batik yang ada di daerah lainnya di tanah air.
Namun demikian industri kerajinan dan seni batik yang berkembang di Yogyakarta selama ini lebih banyak mengacu kepada kerajinan dan seni batik yang bersumber dari seni budaya yang berasal dari keraton Yogyakarta.
Padahal di Yogyakarta juga terdapat Puro Pakualaman yang berada di Kadipaten Pakualaman yang juga banyak menyimpan peninggalan naskah-naskah seni dan kesusateraan bernilai tinggi yang selama ini nyaris tidak banyak dikenal masyarakat Indonesia maupun dunia.
Sejak kebijakan Puro Pakualaman yang kini dipimpin Paku Alam IX untuk semakin membuka pintu Puro Pakualaman bagi partisipasi masyarakat agar Kadipaten Pakualaman lebih banyak memberikan manfaat kepada masyarakat luas, untuk memperkenalkan berbagai karya seni peninggalan Pakualaman kepada masyarakat luas melalui wahana seni kerajinan batik.
Berbagai motif batik Pakualaman yang bersumber dari naskah-naskah peninggalan para pujangga dan empu Pakualaman mulai dikembangkan dan di luar dugaan banyak mendapatkan sambutan hangat dari berbagai kalangan, baik masyarakat umum, pecinta dan kolektor batik, akademisi, pakar dan peneliti, kalangan pemerintah, bahkan dari Paku Alam IX sendiri
Sejumlah karya seni batik Pakualaman yang sangat indah, klasik dan banyak mengandung makna filosofis, mulai diperkenalkan kepada publik melalui beberapa pameran batik di tanah air. Setiap lembar kain batik tulis Pakualaman membutuh waktu pengerjaan selama 3-6 bulan.
Beberapa karya seni batik Pakualaman yang sudah berhasil dibuat diantaranya motif batik Wijaya Kusumajana, motif batik Sestra Lukita, seri batik asthabrata (motif Batara Indra, Batara Yama, Batara Surya, Batara Candra, Batara Bayu, Batara Wisnu, Batara Brama, Batara Baruna dan motif batik Sari Makara Uneng
Tujuan untuk memproduksi kembali batik-batik kuno peninggalan Puro Pakualaman dan motif-motif batik kuno yang ada di dalam naskah-naskah peninggalan Kadipaten Pakualaman adalah melestarikan motif-motif batik kuno peninggalan kerajaan dan sekaligus mengembangkannya.
Hal itu dilakukan agar batik Pakualaman Yogyakarta dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri sekaligus untuk melestarikan dan mengembangkan batik Pakualaman.
Dengan demikian batik Pakualaman adalah batik tulis klasik yang kaya akan filosofi dengan warna-warna yang indah dan menarik serta dikenal tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia.
Batik Pakualaman Yogyakarta