Masyarakat Aceh tak mau berlama-lama larut dalam kesedihan pasca gempa bumi dan tsunami yang menghantam Bumi Serambi Mekkah pada 26 Desember 2004 lalu. Begitu pun Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Aceh dalam mengangkat Batik Aceh.
Selepas tsunami, Dekranasda langsung bergerak menghidupkan kembali industri Batik Aceh yang sempat mengalami mati suri di era 90-an. Dewan Kerajinan Nasional Daerah Aceh, mulai merekrut sebanyak 30 orang dari berbagai daerah. Sedangkan tenaga ahli yang mengajarkan mereka didatangkan dari pulau Jawa.
Ada ratusan jenis motif yang berkembang di kota Aceh. Dalam satu kabupaten/kota saja, bisa muncul sekitar 20 jenis batik bermotif Aceh. Sementara Provinsi Aceh sendiri memiliki 23 kabupaten dan kota.
Motif batik Aceh yang paling diminati adalah rencong, pintu Aceh dan gayo. Motif batik di Aceh selalu berkembang dan tidak memiliki pakem seperti motif batik asal pulau Jawa. Ada produk batik yang motifnya campuran dari motif tenun Aceh.
Tantangan Batik Aceh
Berbagai tantangan dihadapi dalam upaya mengembangkan warisan budaya Tanah Rencong. Salah satunya karakter dan budaya masyarakat Aceh yang kurang telaten, sementara dalam memproduksi batik membutuhkan ketelitian yang tinggi.
Memproduksi batik butuh kesabaran dan ketelitian. Sementara orang Aceh lebih suka memasarkan barang jadi yang siap jual. Kendati demikian, sosialisasi tetap dilakukan supaya masyarakat mau mengembangkan dan berminat menggunakan hasil karya daerahnya sehingga motif dapat lebih dikenal luas secara nasional maupun internasional.
Motif Batik Aceh mulai mendunia sejak kedatangan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) asing mendatangi Aceh memberikan bantuan usai gempa dan tsunami. Sayangnya, keberadaan Non Governmental Organization (NGO) itu ternyata tidak berdampak terhadap peningkatan pesanan batik ke luar negeri.
Untuk mendongkrak popularitas batik, lanjutnya,pemerintah kabupaten/kota telah memesan untuk pakaian wajib tambahan para pegawai negeri sipil di daerah itu. Pihak swasta seperti perbankan juga didorong menggunakan seragam batik motif Aceh. Ibu-ibu pejabat di daerah Aceh juga rutin mempromosikan batik motif Aceh untuk melestarikan warisan budaya Aceh.
Adapun harga kain batik motif Aceh, antara Rp 150.000 hingga Rp 1 juta, tergantung dari jenis kainnya. Jenis kain yang sering digunakan yaitu katon morry, doby, piscos, sutra super, sutra timbul, sutra ATM dan sutra ATBM. Karena produksinya hand made (buatan tangan) maka harga batik Aceh sedikit lebih mahal.