Arsip Digital – Meskipun bukan termasuk pendiri Budi Utomo (20 Mei 1908), nama Dokter Wahidin Sudirohusodo selalu dikaitkan dengan organisasi pelopor kebangkitan nasional itu. Sebab dialah penggagas berdirinya organisasi yang didirikan para pelajar STOVIA itu.
Dokter Wahidin menamatkan pendidikannya di STOVIA atau Sekolah Dokter Jawa di Jakarta, kemudian Beliau kembali ke kota asalnya, Yogyakarta, dan mengabdikan dirinya sebagai dokter. Sebagai dokter, ia sering mengobati rakyat tanpa memungut bayaran.
Dokter Wahidin Sudirohusodo, Sang Penghimpun “Dana Pelajar” dan Pelopor ”Budi Utomo”
Banyak bergaul dengan rakyat biasa ternyata menumbuhkan semangat nasionalisme untuk membebaskan rakyat dari kebodohan dan penjajahan. Menurutnya, salah satu cara untuk membebaskan diri dari penjajahan, rakyat harus cerdas. Untuk itu, rakyat harus diberi kesempatan mengikuti pendidikan di sekolahsekolah.
Demi mewujudkan hal itu, Dokter Wahidin mulai bergerak dengan mengunjungi para priyayi (bangsawan tradisional) dan kaum terpelajar. Dokter Wahidin pada tahun 1906 mengadakan perjalanan keliling di Jawa untuk menemui para bupati dan orang-orang terkemuka.
Dia juga melontarkan gagasannya melalui majalah berbahasa Jawa “Ratna Dumilah”. Para tokoh itu diajaknya untuk menghimpun “dana pelajar”. Direncanakan, dana itu akan dipakai untuk menolong pemuda-pemuda yang cerdas, tetapi tidak mampu melanjutkan sekolahnya.
Selain terkumpulnya sejumlah uang dan kesanggupan beberapa bangsawan untuk memberi beasiswa, tidak banyak diketahui hasil konkret lain dari misi yang dijalankan oleh dokter itu. Namun demikian, gagasan itu menjadi pemikiran banyak kalangan khususnya, kalangan bangsawan dan kalangan kaum terpelajar. Tindakan Wahidin menjadi sarana “pencerahan” yang memberi warna bagi idealisme orang-orang pada masanya.
Salah satu perjalanan Wahidin menjadi perjalanan bersejarah ketika ia mengunjungi para Sekolah Kedokteran STOVIA di Jakarta. Setelah mendengarkan ide-ide dan berbagai hal yang telah dilakukan Dokter Wahidin, seorang pelajar STOVIA berkomentar dalam bahasa Jawa: ”…. puniko budi ingkang utami.” (itu merupakan usaha yang luhur).
Komentar ini ternyata terbawa dalam rapat di salah satu ruang kelas pada tanggal 20 Mei 1908 yang berlangsung serba sederhana. Para peserta rapat sepakat untuk mendirikan organisasi yang diberi nama ”Budi Utomo”.
Pendirian organisasi ini merupakan salah satu tonggak dalam sejarah pergerakan nasional modern. Tanggal berdirinya Budi Utomo, 20 Mei, lantas diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Mulai saat itu perjuangan kemerdekaan dilakukan lewat organisasi dengan anggaran dasar, aturan pergantian pimpinan yang jelas, dan sumber dana yang tetap. Hal ini berbeda dengan perjuangan kemerdekaan pada tahun-tahun sebelumnya.
Dokter Wahidin lahir di desa Mlati, Yogyakarta, pada 7 Januari 1852 dan menikah dengan seorang wanita Betawi bernama Anna dan dianugerahi dua orang anak. Salah seorang anaknya, Abdullah Subroto, adalah seorang pelukis ternama yang menurunkan dua orang pelukis terkenal Indonesia, yaitu Sujono Abdullah dan Basuki Abdullah. Dokter Wahidin Sudirohusodo tutup usia pada tanggal 26 Mei 1917 di Yogyakarta.
Tokoh Dokter Wahidin Sudirohusodo