Batik telah ada dalam masyarakat Indonesia sejak pertengahan abad ke-18, khususnya di Jawa, bahkan telah menjadi warisan budaya yang turun temurun. Kerajinan batik terkait dengan identitas budaya rakyat Indonesia, melalui arti simbolik dari warna dan desain yang mengungkapkan kreativitas dan spiritualitas mereka.
Keragaman macam pola batik nusantara mencerminkan berbagai pengaruh, mulai dari kaligrafi Arab, karangan bunga Eropa, phoenix China, bunga sakura Jepang dan merak India atau Persia. Walaupun batik berasal dari istana Jawa, beberapa daerah lain di Indonesia juga memiliki batik dengan gaya mereka sendiri batik.
Batik Warisan Budaya Indonesia
Tidak bisa dipungkiri lagi, bahwa batik merupakan warisan budaya tak benda bangsa Indonesia. Hal ini sudah diakui secara internasional melalui organisasi pendidikan dan kebudayaan dunia yang berada di bawah naungan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), yaitu UNESCO.
Pengakuan internasional ini sangat membanggakan sekaligus merupakan batu loncatan (milestone) yang sangat strategis bagi bangsa Indonesia mengingat peranan batik yang kini tidak hanya sekadar peninggalan budaya melainkan juga memiliki fungsi ekonomis yang sangat penting.
Batik secara resmi telah diakui sebagai salah satu warisan budaya Indonesia oleh UNESCO dan Indonesia kini memiliki hari batik yang selalu dirayakan setiap 2 Oktober sejak tahun 2009. Jenis batik yang tercatat sebagai Warisan Dunia adalah jenis “batik tulis” (baik tulis tangan) dan bukan “batik cap” (printed batik).
Selain dicatatkan dalam UNESCO, salah satu cara lain pemerintah Indonesia untuk melindungi budaya tradisional Indonesia yang berlangsung di bidang batik adalah melalui “Batik Mark”. Salah satu tujuan adalah untuk membangun persepsi dunia bahwa batik, yang meliputi praktek mewarnai kain menggunakan metode lilin, berasal dari Indonesia.
Pada tanggal 2 Oktober 2009 batik Indonesia memperoleh pengakuan dunia, padahal negara lain pun bisa mengklaimnya. Tapi kata batik itu sendiri berasal dari bahasa Indonesia, dari suku kata “ba” dan “tik”,artinya ada titik-titik. Di negara lain namanya bukan batik dan cara pembuatannya pun berbeda. Namun sampai saat ini tidak pernah ditemukan catatan sejarah tentang asal muasal canting dan malam.
Perilaku batik Indonesia cukup unik, perjalanan sejarahnya konsisten berevolusi dari hanya terbatas pada lingkungan keraton hingga meluas ke kalangan masyarakat umum.
Demikian juga dengan fungsinya berevolusi dari hanya sebagai penanda budaya di lingkungan kerajaan (keraton) kemudian berubah menjadi fungsi ekonomis di masyarakat, bahkan politis karena perkembangan batik di Indonesia juga sejalan dengan perkembangan demokrasi di tanah air. Karena siapapun kini bisa membuat batik, padahal pada awalnya pembuatan batik hanya tertutup/terbatas di lingkungan keraton saja.
Bahkan kini sudah sangat terbuka.Kerajinan batik yang semula hanya terbatas di beberapa daerah di pulau Jawa, kini tersebar ke semua provinsi dan masyarakat di tiap daerah merasa memiliki batik mereka. Misalnya, di Tarakan, Kaltim, mereka membuat batik dengan motif yang diambil dari budaya dan lingkungan sekitar seperti flora (daun tanaman atau bunga) dan fauna (jenis-jenis binatang tertentu yang khas di sana).
Motif-motif batik yang ada di suatu daerah tidak akan diklaim oleh daerah lainnya karena mereka memang memiliki kekhasannya masing-masing. Seperti batik Papua, walaupun dibuatnya di Solo, tapi memiliki motif yang khas dan tidak akan diklaim oleh daerah lain. Bahkan, Kain Batik ini juga banyak dipakai di negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Thailand.
Arsip Digital telah mempublikasikan secara singkat beberapa motif batik yang ada di beberapa propinsi di Indonesia. Antara lain: